Jujur saja, kadang ketika
kulihat ‘ayah orang lain’ yang pekerjaannya lebih berkelas daripada pekerjaan
ayahku aku berimajinasi “andai ayahku seperti dia”. Kadang ketika kuliahat ‘ayah
orang lain’ dengan mobil mewahnya aku berimajinasi “andai ayahku seperti dia”. Kadang
ketika kuliahat ‘ayah orang lain’ dengan penampilan rapi lengkap dengan setelan
jasnya aku berimajinasi “andai ayahku seperti dia”. Kadang ketika kuliahat ‘ayah
orang lain’ yang sedang berpidato didepan orang-orang hebat aku berimajinasi “andai
ayahku seperti dia”. Kadang ketika kuliahat ‘ayah orang lain’ yang selalu
keluar negeri karena pekerjaannya aku berimajinasi “andai ayahku seperti dia”.
Tapi disaat yang lain
kulihat ‘ayah orang lain’ yang (maaf) bekerja sebagai tukang bersih-bersih
dengan menarik gerobak dituntun oleh anak ataupun istrinya karena
penglihatannya ‘berbeda’ dari yang lain. Aku sadar dari hal-hal konyol yang tak
semestinya aku pikirkan. Aku bahkan lupa
bahwa hanya berandai dengan melihat bagaimana ‘ayah orang lain’ bekerja untuk
keluarganya dan berimajinasi “andai dia adalah ayahku” dan itu merupakan satu
kesalahan terbesar yang aku lakukan pada Ayah.
Aku sadar Ayah memang tak
memiliki pekerjaan ‘berkelas’ seperti yang aku lihat tapi ‘kelas’ perkerjaan
ayah jauh lebih mulia daripada mereka yang aku lihat. Ayah memang tak memiliki ‘mobil
mewah’ seperti mereka tapi ayah punya ‘kendaraan terbaik’ yang In Sya Allah
akan mengantarkan kami ke Surga-Nya kelak. Ayah memang tak berpenampilan dengan
‘setelan jas necis’ seperti mereka tapi ayah punya ‘pakaian terbaik dengan
mahkota yang bersinar’ kelak di SurgaNya.(aamiin ya Rabb). Ayah memang bukan ‘pembicara
hebat’ didepan umum tapi ayah adalah ‘Pemimpin’ yang hebat dalam keluarga kita.
Ayah memang tak pernah ‘keluar negeri’ karena urusan pekerjaan tapi aku sangat
bersyukur karena ayah selalu ada untuk menemani kami anak-anakmu.
Aku sangat bersyukur
mengetahui bahwa Ayah adalah Ayahku. Ayah maafkan putri kecilmu ini yang hanya
bisa mengeluh dan selalu merepotkanmu. Ayah adalah ANUGERAH TERBESAR dalam
hidupku. Ayah adalah sosok laki-laki pertama yang memberiku cinta dan kasih sayang.
Dari Ayah aku belajar bagaimana ketulusan. Dari Ayah aku belajar bagaimana
memuliakan diri memuliakan orang lain. Dari ayah aku belajar bagaimana indahnya
berbagi. Dari ayah aku belajar bagaimana arti kesabaran dan kesederhanaan.
Ayah terimakasih atas apa yang telah kau beri selama ini. Ridhoi setiap
langkah kecil anak-anakmu semoga kami bisa membahagiakan ayah dan ibu.
Miftah Amatullah Sulaiman
7 Juni 2016