Selasa, 07 Juni 2016

AYAH ORANG LAIN

            Jujur saja, kadang ketika kulihat ‘ayah orang lain’ yang pekerjaannya lebih berkelas daripada pekerjaan ayahku aku berimajinasi “andai ayahku seperti dia”. Kadang ketika kuliahat ‘ayah orang lain’ dengan mobil mewahnya aku berimajinasi “andai ayahku seperti dia”. Kadang ketika kuliahat ‘ayah orang lain’ dengan penampilan rapi lengkap dengan setelan jasnya aku berimajinasi “andai ayahku seperti dia”. Kadang ketika kuliahat ‘ayah orang lain’ yang sedang berpidato didepan orang-orang hebat aku berimajinasi “andai ayahku seperti dia”. Kadang ketika kuliahat ‘ayah orang lain’ yang selalu keluar negeri karena pekerjaannya aku berimajinasi “andai ayahku seperti dia”.

            Tapi disaat yang lain kulihat ‘ayah orang lain’ yang (maaf) bekerja sebagai tukang bersih-bersih dengan menarik gerobak dituntun oleh anak ataupun istrinya karena penglihatannya ‘berbeda’ dari yang lain. Aku sadar dari hal-hal konyol yang tak semestinya aku pikirkan.  Aku bahkan lupa bahwa hanya berandai dengan melihat bagaimana ‘ayah orang lain’ bekerja untuk keluarganya dan berimajinasi “andai dia adalah ayahku” dan itu merupakan satu kesalahan terbesar yang aku lakukan pada Ayah.

            Aku sadar Ayah memang tak memiliki pekerjaan ‘berkelas’ seperti yang aku lihat tapi ‘kelas’ perkerjaan ayah jauh lebih mulia daripada mereka yang aku lihat. Ayah memang tak memiliki ‘mobil mewah’ seperti mereka tapi ayah punya ‘kendaraan terbaik’ yang In Sya Allah akan mengantarkan kami ke Surga-Nya kelak. Ayah memang tak berpenampilan dengan ‘setelan jas necis’ seperti mereka tapi ayah punya ‘pakaian terbaik dengan mahkota yang bersinar’ kelak di SurgaNya.(aamiin ya Rabb). Ayah memang bukan ‘pembicara hebat’ didepan umum tapi ayah adalah ‘Pemimpin’ yang hebat dalam keluarga kita. Ayah memang tak pernah ‘keluar negeri’ karena urusan pekerjaan tapi aku sangat bersyukur karena ayah selalu ada untuk menemani kami anak-anakmu.

            Aku sangat bersyukur mengetahui bahwa Ayah adalah Ayahku. Ayah maafkan putri kecilmu ini yang hanya bisa mengeluh dan selalu merepotkanmu. Ayah adalah ANUGERAH TERBESAR dalam hidupku. Ayah adalah sosok laki-laki pertama yang memberiku cinta dan kasih sayang. Dari Ayah aku belajar bagaimana ketulusan. Dari Ayah aku belajar bagaimana memuliakan diri memuliakan orang lain. Dari ayah aku belajar bagaimana indahnya berbagi. Dari ayah aku belajar bagaimana arti kesabaran dan kesederhanaan.

Ayah terimakasih atas apa yang telah kau beri selama ini. Ridhoi setiap langkah kecil anak-anakmu semoga kami bisa membahagiakan ayah dan ibu.


Miftah Amatullah Sulaiman

7 Juni 2016

Kuperingatkan Hatiku

Ada sedikit penantian saat kamu tidak langsung membalas chat yang kukirimkan terakhir kali. Menebak apakah kamu akan membalasnya atau hanya...