Teringat tahun lalu saat kita lebih sering berdua,
menghabiskan waktu lebih banyak berdua yang kadang hanya kita habiskan
ditempat tidur. Atau hari yang berlalu dengan masakan gosong atau tak berbentuk
yang tak pernah membuatmu memarahiku. Yang kadang pula satu hari hanya kita
lalui dengan cerita demi cerita yang mengalir. Entah cerita itu adalah cerita
yang telah berungkali kita bicarakan. Namun aku melihat betapa kamu tetap
bersemangat menceritakannya, seolah itu adalah pertama kalinya kamu bercerita
tentang hal itu. Kadang cerita kita penuh ideologi dan pendapat tentang suatu
hal. Kadang pula cerita-cerita lucu yang membuat kita tak bisa menahan tawa. Kadang
juga cerita yang mengalir darimu adalah cerita yang membuatku refleks
memelukmu, menumpahkan airmata dibalik punggungmu.
Aku tahu, dari berbagai kisah yang aku dengar darimu atau bahkan yang kita alami bersama itu bukanlah kisah yang ingin kau tampakkan didepan oranglain bahkan didepan adik-adikku pun kau tak pernah menampakkan itu.
Sebelum aku lebih banyak menghabisakan waktu denganmu, aku hampir tak pernah melihat raut wajah sedih menanggung beban darimu. Saar aku bertanya ada apa kamu akan dengan sangat tegarnya menjawab “semua baik-baik saja”. Belakangan aku baru sadar bahwa “baik-baik saja" dalam versimu itu adalah tak benar baik-baik saja. Apa memang semua orang sepertimu? Atau hanya kau yang seperti itu? Aku bahkan tak habis pikir bagaimana semua kau hadapi dengan “baik-baik saja” dikala semuanya dalam keadaan yang rumit.
Hingga akhirnya sang takdir datang pada kita membawakan ‘Hadiah’ luar biasa. ‘Hadiah’ yang membuatku menemukanmu. Menemukan dirimu yang sebenarnya. Meski aku yakin banyak hal yang masih kau sembunyikan dariku, banyak hal yang belum kau bagi denganku. Namun aku bersyukur Sang Pemilik waktu masih mengizinkanku untuk bersama dengamu beberapa waktu yang pada akhirnya ‘Hadiah’ itu membawamu pergi dariku. Kembali pada pemilikmu yang sebenarnya, karena selama ini kau hanya ‘pinjaman’ untukku.
Hari ini mengingatkanku akan betapa baiknya Sang Pemilik
Waktu yang memberikan ‘kode’ saat itu untuk aku harusnya berbuat lebih baik
untukmu. Lebih banyak menghabiskan waktu denganmu. Namun inilah aku sebagai
manusia yang tak pandai membaca ‘kode’ malah tak memanfaatkan kesempatan itu. Setiap
hari aku berharap semoga ‘hadiah’ itu berubah menjadi keajaiban yang membuat
kita seperti semula. Namun, belakangan aku baru sadar bahwa setiap hari yang
berlalu tidak akan pernah membawa kita pada keadaan yang sama. Setiap hari yang
berlalu hanya akan mengantarkan kita semakin dekat pada pintu untuk bertemu
denganNya.
ILYA
Miftah Amatullah Sulaiman
02.11.2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar