Tulisan akan menjadi memori kita yang dapat disaksikan oleh orang lain.
Karena itu aku mau cerita disini ajalah untuk menyimpan memoriku.
Biarkan saja orang bilang aku curcol atau apalah yang penting aku bisa menumpahkan isi kepala yang akhir-akhir ini terasa penuh.
Berawal dari ke-kepo-an aku terhadap dirimu dengan sering memantau story/postingan media sosialmu. Hingga suatu hari aku sadar bahwa ternyata ini tidak baik untuk kondisi otak dan hatiku, karena semakin sering aku memantau akun media sosialmu semakin aku banyak berharap dan mungkin menjadikanmu bahan kehaluanku.
Apalagi mengingat bagaimana hubungan kita terjalin, dan bagaimana perlakuan mu terhadapku-(atau hanya aku yang mengartikan lebih) yang semakin membuatku menaruh harapan. Terkadang kamu sering muncul di pikiranku yang tak bisa aku cegah. Atau kamu yang tiba-tiba menjadi bahan perbandinagan seseorang yang aku temui. Lagi, hal itu yang semakin membuatku berharap lebih.
Hingga aku pernah melihat postinganmu tentang suasana langit di tempat kamu hari itu, dan aku malah minta difotokan dengan angle yang berbeda sampai keluar celutukan "kamu kesinilah" dan saat itu hanya bisa aku jawab dengan tawa yang terdengar sangat dipaksakan. Mungkin bagimu itu biasa saja, tapi bagiku tidak. Satu kalimat singkat yang sangat tidak bagus untuk kondisi hatiku saat itu.
Kemudian waktu semakin berjalan maju, kita tak lagi intense berkomunikasi hingga aku sadar bahwa aku telah tertinggal terlalu jauh darimu dan tak mungkin bagiku untuk mengejarmu saat ini. Karena kita memang tidak sedang dalam hubungan ataupun komitmen aku sadar bahwa aku yang salah, dan semua ini tak ada hubungannya denganmu.
Well, demi kewarasaku sendiri, aku memutuskan tak lagi menaruh big attention terhadap dirimu dan sejumlah akun media sosialmu (meski sebenarnya aku sesekali tetap melihat itu saat kebetulan aku melihat nama akunmu muncul) tapi aku bersyukur, dengan begitu aku tak perlu lagi menjaga hatiku agar tak terluka.
Aku sadar bahwa terkadang hubungan kita dengan seseorang yang meski itu telah terjalin lama, tak menjamin bahwa apa yang kita harapkan akan selalu kita capai. Tak akan menjamin bahwa kita akan berakhir dengan ekspektasi yang kita ciptakan sendiri karena akan selalu ada Sang Perencana terbaik diatas rencana kita. Dengan semua ini aku bersyukur, ternyata melepaskan dan menghikhlaskan adalah cara terbaik untuk menjaga kewarasan diri dan kini tak ku temukan lagi hati yang berharap saat mengingat atau mengetahui tentang dirimu. Semoga dirimu senantiasa baik-baik saja disana dan terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar