Minggu, 04 September 2016

Jadi Siswa Mesti Tahu Diri, Jadi Guru Mesti Introspeksi Diri

Meski hari ini bukan hari pertamaku jadi mahasiswa PPL, tapi aku akan sedikit berbagi bagaimana rasanya jadi praktikan PPL.
Hari pertama masuk kelas saat resmi menjadi mahasiswa PPL, dan tugas paling pertama adalah mengawas ulangan harian mapel Matematika kelas XI MIA (dulu IPA). Dan, banyak kejutan yang terjadi. Mulai dari siswa yang ‘sangat’ aktif –saking aktifnya, malah tidak bisa diam. Serta kreatif dan berjiwa seni tinggi –saking kreatif dan berjiwa seninya, didepan soal matematika tapi yang dikerja malah kaigrafi (untung kaligrafi dek, masih mending daripada gambar cewek khayalan yang mungkin tidak pernah nyata, hehehehe).
Semua tidak hanya sampai disitu saja. Memang yah, yang namanya karaker dan kepribadian orang itu mengagumkan. Banyak hal-hal unik yang tak terduga dari orang-orang baru yang kita temui. Saat jadwal mengawas di kelas pertama, awalnya siswa-nya masih adem-adem dan itu berlangsung sekitar 10 menit awal. Setelah 10 menit sampai menit terakhir barulah semua terungkap (kayaknya kita juga dulu gitu yah, hihihi). Lanjut, mengawas untuk kelas kedua, 10 menit awal malah lebih tenang dari kelas yang pertama. Dan ini masih bertahan cukup lama. Tapi…. Setelah 20 menit terakhir,Ya Allah…. Dosa apa yang dulu aku lakukan pada guruku (sambil ngingat dosa-dosa saat masih jadi siswa ). Apa yang aku alami dan rasakan saat pertama sebagai praktikan PPL mungkin masih mending (ngarep sedikit lebih baik) dari pada apa guruku dulu.
Jika ada yang bertanya “apa hubungannya kamu ngajar dengan dosa kamu saat jadi siswa?” aku jawab nih yaa…. Aku sekarang berada di posisi yang sama dengan guruku yaitu pendidik (meskipun baru belajar) tapi, aku memiliki beberapa tugas yang sama salah satunya yah, mendidik. Sekarang aku paham kenapa menjadi guru adalah salah satu profesi termulia, karena itu tanggung jawabnya berat coy. Pulangnya pikIr-pikir ulang kalua mau jadi guru dan siswanya kayak mereka (bukannya nyerah sih, Cuma introspeksi diri aja). Disinilah kita harus sadar peranan kita, jika jadi siswa mesti tau diri, tau aturan dan tau bagaimana berbakti bukan Cuma jadi sumber masalah. Ketika kita jadi pendidik metinya kita intropeksi diri, sudah benarkah kita memperlakukan peserta didik kita? sudah sesuaikah cara kita memperlakukannya dengan apa yang dia butuhkan? Dan semua itu butuh proses belajar.
Benar jika ada yang mengatakan pelajaran bukan hanya diperoleh di sekolah, tapi aku buktikan bahwa itu tidak selamanya benar. Karena dari sekolah inilah aku bahkan menyadari dosa-dosa yang pernah aku lakukan pada guruku. Benar kata salah satu motivator favoritku Ibrahim L. Fiqih “apa yang kamu peroleh hari ini adalah apa yang kamu lakukan kemarin”, dan bisa jadi apa yang aku terima dari siswa adalah akibat bagaiman aku meperlakukan guruku dulu. Untuk bapak/ibu guruku semuanya maaf sudah menyusahkan, dan terima kasih atas apa yang kau ajarkan. :3
Banyak pelajaran yang aku peroleh, baik saat aku menjadi siswa ataupun saat aku jadi praktikan PPL dan semua itu berasal dari SEKOLAH. So, bagi kita yang masih ‘kurang ajar’ sama guru-guru kita mari berbenah diri, bukan hanya karena kita yang nantinya menjadi pendidik (aamiin) tapi karena kita berterim kasih kepada guru kita. Jadi hargailah hal sekecil apapun yang kita terima dari orang lain sebagai pelajaran yang berharga. Juga, saat disekolah jadilah siswa yang patuh pada guru terlebih saat dirumah jadilah anak yang membanggakan bagi orang tua.
Semoga apa yang kita berikan saat ini nantinya bisa menjadi amal jariah kelak, aamiin. Do’akan saya juga semoga menjadi anak yang bermanfaat bagi orangtua, agama, bangsa dan dunia. Aamiin.

Miftah Amatullah Sulaiman
4 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kuperingatkan Hatiku

Ada sedikit penantian saat kamu tidak langsung membalas chat yang kukirimkan terakhir kali. Menebak apakah kamu akan membalasnya atau hanya...