Meski hari ini bukan hari
pertamaku jadi mahasiswa PPL, tapi aku akan sedikit berbagi bagaimana rasanya
jadi praktikan PPL.
Hari pertama masuk kelas
saat resmi menjadi mahasiswa PPL, dan tugas paling pertama adalah mengawas
ulangan harian mapel Matematika kelas XI MIA (dulu IPA). Dan, banyak kejutan
yang terjadi. Mulai dari siswa yang ‘sangat’ aktif –saking aktifnya, malah
tidak bisa diam. Serta kreatif dan berjiwa seni tinggi –saking kreatif dan
berjiwa seninya, didepan soal matematika tapi yang dikerja malah kaigrafi (untung kaligrafi dek, masih mending daripada
gambar cewek khayalan yang mungkin tidak pernah nyata, hehehehe).
Semua tidak hanya sampai
disitu saja. Memang yah, yang namanya karaker dan kepribadian orang itu
mengagumkan. Banyak hal-hal unik yang tak terduga dari orang-orang baru yang
kita temui. Saat jadwal mengawas di kelas pertama, awalnya siswa-nya masih
adem-adem dan itu berlangsung sekitar 10 menit awal. Setelah 10 menit sampai
menit terakhir barulah semua terungkap (kayaknya
kita juga dulu gitu yah, hihihi). Lanjut, mengawas untuk kelas kedua, 10
menit awal malah lebih tenang dari kelas yang pertama. Dan ini masih bertahan
cukup lama. Tapi…. Setelah 20 menit terakhir,Ya Allah…. Dosa apa yang dulu aku
lakukan pada guruku (sambil ngingat
dosa-dosa saat masih jadi siswa ). Apa yang aku alami dan rasakan saat
pertama sebagai praktikan PPL mungkin
masih mending (ngarep sedikit lebih baik) dari pada apa guruku dulu.
Jika ada yang bertanya “apa
hubungannya kamu ngajar dengan dosa kamu saat jadi siswa?” aku jawab nih yaa….
Aku sekarang berada di posisi yang sama dengan guruku yaitu pendidik (meskipun baru belajar) tapi, aku
memiliki beberapa tugas yang sama salah satunya yah, mendidik. Sekarang aku
paham kenapa menjadi guru adalah salah satu profesi termulia, karena itu
tanggung jawabnya berat coy. Pulangnya pikIr-pikir ulang kalua mau jadi guru
dan siswanya kayak mereka (bukannya
nyerah sih, Cuma introspeksi diri aja). Disinilah kita harus sadar peranan
kita, jika jadi siswa mesti tau diri, tau aturan dan tau bagaimana berbakti
bukan Cuma jadi sumber masalah. Ketika kita jadi pendidik metinya kita
intropeksi diri, sudah benarkah kita memperlakukan peserta didik kita? sudah
sesuaikah cara kita memperlakukannya dengan apa yang dia butuhkan? Dan semua
itu butuh proses belajar.
Benar jika ada yang
mengatakan pelajaran bukan hanya diperoleh di sekolah, tapi aku buktikan bahwa
itu tidak selamanya benar. Karena dari sekolah inilah aku bahkan menyadari
dosa-dosa yang pernah aku lakukan pada guruku. Benar kata salah satu motivator
favoritku Ibrahim L. Fiqih “apa yang kamu peroleh hari ini adalah apa yang kamu
lakukan kemarin”, dan bisa jadi apa yang aku terima dari siswa adalah akibat
bagaiman aku meperlakukan guruku dulu. Untuk bapak/ibu guruku semuanya maaf
sudah menyusahkan, dan terima kasih atas apa yang kau ajarkan. :3
Banyak pelajaran yang aku
peroleh, baik saat aku menjadi siswa ataupun saat aku jadi praktikan PPL dan
semua itu berasal dari SEKOLAH. So, bagi kita yang masih ‘kurang ajar’ sama
guru-guru kita mari berbenah diri, bukan hanya karena kita yang nantinya
menjadi pendidik (aamiin) tapi karena kita berterim kasih kepada guru kita.
Jadi hargailah hal sekecil apapun yang kita terima dari orang lain sebagai
pelajaran yang berharga. Juga, saat disekolah jadilah siswa yang patuh pada
guru terlebih saat dirumah jadilah anak yang membanggakan bagi orang tua.
Semoga apa yang kita berikan
saat ini nantinya bisa menjadi amal jariah kelak, aamiin. Do’akan saya juga
semoga menjadi anak yang bermanfaat bagi orangtua, agama, bangsa dan dunia.
Aamiin.
Miftah Amatullah Sulaiman
4 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar