Terkadang orang dibuat bingung
dengan tingkah kita yang menganggap diri anak zaman sekarang. Selalu ikut tren zaman. Biasanya kita menyebut diri
dengan anak gaul. Kita mengatakan diri gaul ketika bisa dengan santai bergaul
dengan siapa saja. Bisa kesana-kemari tanpa ada yang mengatur. Keluyuran
malam-malam entah kemana. Bahkan pocong dan kuntilanak sudah pulang kita masih
belum pulang juga. Tak jarang diantara kita ada yang menjadi manusia kelelawar.
Siang tiduurr terus seharian, entar malam baru bangun keluyuran entah kemana.
Yah, inilah potret masyarakat kita
saat ini. Khusunya kita para muda-mudi yang masih di bangku sekolah atau
universitas. Kita menganggap ini wajar sebagai ajang pencarian jati diri.
Bahkan merasa kurang update ketika tidak bisa mengikuti pola hidup teman-teman
yang lebih modis dan selalu fresh akan hal-hal aneh yang baru muncul. Bahkan
seringkali mengganggap bahwa kita yang tidak dapat mengikuti perkembangan zaman
adalah manusia primitive. Kita menyatakan diri gaul ketika aktif di semua
jejaring social. Entah itu FB, twitter, line, IG, WA, dll. Semua dijajalin. Dan
belum sah rasanya jika dalam satu hari tidak selfie. Sebelum makan selfie,
sudah mandi selfie, berangkat kerja/sekolah selfie, di mall selfie, ditrotoar
selfi, bahkan sampai-sampai di wc-pun juga selfie. Dimanapun dan kapanpun
rasanya ini kegitan wajib. (yang merasa
kesindir ngak usah marah, tapi kalua ada yah, syukur. Itung-itung sebagai bahan
introsfeksi aja :D)
Mungkin inilah yang menjadi salah
satu pembeda antara zaman dulu dan zaman sekarang. Dulu, sebelum makan ambil
posisi terbaik duduk terus nundukin kepala seraya berdo’a. sekarang, sebelum
makan juga sama-sama ambil posisi terbaik. Pas dapat posisinya bukannya
berdo’a, eehhh… malah selfie dulu.
Sudah itu bukannya langsung makan, tapi foto hasil selfie tadi belum sah
rasanya kalau belum di upload ke
semua sosmed. Tanpa telupakan lengkap dengan keterangan-keterangannya, misalnya
“lagi makan nie all” atau “lunch with kesayangan” atau apalah yang semacam
dengan itu. Emangnya situ kira, setelah upload di sosmed orang-orang pada
datang buat bayarin makanannya. Nggak bakal,
percaya sama saya. (kalau ngak percaya,
coba aja…:D hihihihihi)
Jika kita jajalin, tempat-tempat
makan yang kebanyakan diisi oleh kaulah muda pernah kah kita melihat kita
mengajak orangtua kita untuk sekedar menikmati suasana makan saat itu. Yah
mungkin ada, tapi jarang. Kebanyakan kita-kita yang suka nongka-nongki (nongkrong kanan-nongkrong kiri, entah dimanapun
tempatnya) bareng teman-teman atau bahkan orang spesialnya. Tak bisa dipungkiri
diantara itu uang yang dihabiskan adalah subsidi dari orang tua, walaupun juga
ada yang hasil sendiri. Tapi sadarkah kita siapa yang paling pantas untuk pertama
kita bahagiakan.
Yah, inilah fenomena yang kita jumpai sehari-hari dan kadang kita tak terlalu menghiraukannya. Bagi sebagian orang, mungkin ini adalah hal yang biasa-biasa saja. Namun tak kita sadari dapat menimbulkan efek yang begitu besar.
Miftah Amatullah Sulaiman || 7 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar