Jumat, 07 Oktober 2016

Anak Gaul, Katanya....

Terkadang orang dibuat bingung dengan tingkah kita yang menganggap diri anak zaman sekarang. Selalu ikut tren zaman. Biasanya kita menyebut diri dengan anak gaul. Kita mengatakan diri gaul ketika bisa dengan santai bergaul dengan siapa saja. Bisa kesana-kemari tanpa ada yang mengatur. Keluyuran malam-malam entah kemana. Bahkan pocong dan kuntilanak sudah pulang kita masih belum pulang juga. Tak jarang diantara kita ada yang menjadi manusia kelelawar. Siang tiduurr terus seharian, entar malam baru bangun keluyuran entah kemana.

Yah, inilah potret masyarakat kita saat ini. Khusunya kita para muda-mudi yang masih di bangku sekolah atau universitas. Kita menganggap ini wajar sebagai ajang pencarian jati diri. Bahkan merasa kurang update ketika tidak bisa mengikuti pola hidup teman-teman yang lebih modis dan selalu fresh akan hal-hal aneh yang baru muncul. Bahkan seringkali mengganggap bahwa kita yang tidak dapat mengikuti perkembangan zaman adalah manusia primitive. Kita menyatakan diri gaul ketika aktif di semua jejaring social. Entah itu FB, twitter, line, IG, WA, dll. Semua dijajalin. Dan belum sah rasanya jika dalam satu hari tidak selfie. Sebelum makan selfie, sudah mandi selfie, berangkat kerja/sekolah selfie, di mall selfie, ditrotoar selfi, bahkan sampai-sampai di wc-pun juga selfie. Dimanapun dan kapanpun rasanya ini kegitan wajib. (yang merasa kesindir ngak usah marah, tapi kalua ada yah, syukur. Itung-itung sebagai bahan introsfeksi aja :D)

Mungkin inilah yang menjadi salah satu pembeda antara zaman dulu dan zaman sekarang. Dulu, sebelum makan ambil posisi terbaik duduk terus nundukin kepala seraya berdo’a. sekarang, sebelum makan juga sama-sama ambil posisi terbaik. Pas dapat posisinya bukannya berdo’a, eehhh… malah selfie dulu. Sudah itu bukannya langsung makan, tapi foto hasil selfie tadi belum sah rasanya kalau belum di upload ke semua sosmed. Tanpa telupakan lengkap dengan keterangan-keterangannya, misalnya “lagi makan nie all” atau “lunch with kesayangan” atau apalah yang semacam dengan itu. Emangnya situ kira, setelah upload di sosmed orang-orang pada datang buat bayarin makanannya. Nggak bakal, percaya sama saya. (kalau ngak percaya, coba aja…:D hihihihihi)

Jika kita jajalin, tempat-tempat makan yang kebanyakan diisi oleh kaulah muda pernah kah kita melihat kita mengajak orangtua kita untuk sekedar menikmati suasana makan saat itu. Yah mungkin ada, tapi jarang. Kebanyakan kita-kita yang suka nongka-nongki (nongkrong kanan-nongkrong kiri, entah dimanapun tempatnya) bareng teman-teman atau bahkan orang spesialnya. Tak bisa dipungkiri diantara itu uang yang dihabiskan adalah subsidi dari orang tua, walaupun juga ada yang hasil sendiri. Tapi sadarkah kita siapa yang paling pantas untuk pertama kita bahagiakan.

Yah, inilah fenomena yang kita jumpai sehari-hari dan kadang kita tak terlalu menghiraukannya. Bagi sebagian orang, mungkin ini adalah hal yang biasa-biasa saja. Namun tak kita sadari dapat menimbulkan efek yang begitu besar.



Miftah Amatullah Sulaiman || 7 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kuperingatkan Hatiku

Ada sedikit penantian saat kamu tidak langsung membalas chat yang kukirimkan terakhir kali. Menebak apakah kamu akan membalasnya atau hanya...