Hujan,
Datang dengan
sejuta keindahan dan ketentramannya.
Memaksaku untuk
membuka lebaran yang sebenarnya telah lama aku tutup.
Memaksaku kembali
kemasa itu.
Sebenarnya kau tak
memiliki kenangan apa-apa saat hujan turun, tapi aku memiliki kenangan setelahnya.
Mengingatnya kadang
membuatku tertawa, mengingat semua kepolosanku. Tapi tak bisa ku pungkiri
saat-saat itu juga akan membawa kenangan luka bersamanya.
Kenangan saat-saat
aku pertama bersamanya, saat-saat aku merasa risih karena keberadaannya.
Namun, Aku tetap
berterimakasih pada hujan.
Tidak, sebenanrnya
bukan pada hujannya tapi kepada waktu setelahnya.
Yang mengajarkan ku
bahwa disetiap kejadian akan menyisahkan kenangan.
Aku berterimakasih
kepada malam.
Tidak juga,
sebenarnya bukan pada malam tapi pada gelap yang hanya disinari rembulan yang
tak begitu terang.
Yang mengajarkannku
bagaimana memancarkan sinar positif bukan hanya pada diri sendiri.
Aku berterimakasih
pada jam dinding uang tak hentinya berdetak,
Tidak, bukan pasa
jam dindingnya tapi pada waktu yang telah berlalu dan akn terus berjalan.
Aku berterimakasih
untuk masa itu,yang telah mempertemukanku dengannya.
Yang mengajarkanku puzzel lain dari kehidupan ini, yang
membantuku menorehkan pena mengabadikan masa itu dalam untaian kata-kata yang
tak beraturan ini.
Yang mengajarkanku
untuk terus bertumbuh, meski aku kadang bertingkah sok dewasa mengomentari apa yang aku dengar.
Yang mengajarkanku
bagaimana perbedaan warna pelangi yang muncul setelah hujan justru
menjadikannya indah.
Dan… untuk semuanya
TERIMAKASIH
Tapi, I promise setelah hujan berhenti aku
akan menutup kembali lembaran itu. Sebagaimana cerita diantara kita yang telah
SELESAI.
Ayaka Miharu
(Miftah
Amatullah)
26 November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar