Rabu, 10 Agustus 2016

sayang, ungkapkan segalanya

“Kamu kenapa sayang ?” Tanyamu dengan nada lembut seperti biasa. “Tidak apa-apa” jawabku sambil mengusap air mataku. “Kalau tidak ada apa-apa, lalu kenapa kamu menagis. Aku tahu betul bagaimana kamu. Tak perlu menyembunyikannya. Jika ada masalah ceritakanlah sayang”.

Matahari sudah hampir kembali keperaduannya ketika kita duduk bersama dibangku panjang diteras rumah kita. Kita duduk seperti yang biasa kita lakukan. Tapi sore ini ada hal yang sedikit berbeda. Kita duduk bukannya saling bercanda sebagaimana hari-hari yang lalu. Kali ini aku berada dalam dekapan hangatmu dengan mata sembab bekas tangisku sebelum kau datang.

Aku memang paling buruk dalam urusan menyembunyikan masalahku didepanmu. Dan kau adalah orang yang paling bisa membaca pikiranku. Meski aku sudah berusaha menyembunyikannya darimu tapi kau tak akan pernah berhenti bertanya hingga aku menjawab pertanyaaanmu. Setelah itu bukan hanya jawaban pertanyaan yang kau terima, tapi malah lebih dari itu.

Kau bahkan tak pernah merasa bosan dengan segala keluhan masalahku. Walau aku tahu kau sendiri bahkan punya masalah yang jauh lebih besar dari padaku. Tapi kau tak pernah menampakkannya didepanku. Kau bahkan berusaha terlihat tegar dan seolah.olah taka da masalah.

Saat aku mengeluhkan masalah-masalahku kepadamu, kau dengan lembutnya mengatakan “Shalatlah sayang, ungkapkan segalanya. Buatlah hatimu lebih tenang dan damai. Dekatlah kepada-NYA dalam shalat mu. Bukankah dia berkata … jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”. Yah, kata-katamu sering kali hanya ku anggap angina lalu saja. Tapi setiap kali aku dalam masalah kau mengatakan hal yang sama. Semua itu baru teringat ketika aku ‘pergi’ dengan misiku untuk memuliakanmu dan saat itu aku mendapat masalah. “Ternyata benar kata Ayah selama ini. Aku hanya perlu dekat dan lebih dekat dengan-NYA. Karena tak ada yang aku butuhkan selain Rahmat-NYA.”

Ayah, terimakasih untuk kasih sayangmu yang tak pernah usai. Ibu, terimakasih atas cinta yang takpernah berkurang. Do’akan anak-anakmu hingga jadi mata air jerni yang senantiasa mengalir dan memberi kehidupan kepada setiap yang dilaluinya.



-Miftah Amatullah Sulaiman || 10 Agustus 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kuperingatkan Hatiku

Ada sedikit penantian saat kamu tidak langsung membalas chat yang kukirimkan terakhir kali. Menebak apakah kamu akan membalasnya atau hanya...