“Kamu kenapa sayang
?” Tanyamu dengan nada lembut seperti biasa. “Tidak apa-apa” jawabku sambil mengusap
air mataku. “Kalau tidak ada apa-apa, lalu kenapa kamu menagis. Aku tahu betul
bagaimana kamu. Tak perlu menyembunyikannya. Jika ada masalah ceritakanlah
sayang”.
Matahari sudah hampir
kembali keperaduannya ketika kita duduk bersama dibangku panjang diteras rumah
kita. Kita duduk seperti yang biasa kita lakukan. Tapi sore ini ada hal yang sedikit
berbeda. Kita duduk bukannya saling bercanda sebagaimana hari-hari yang lalu. Kali
ini aku berada dalam dekapan hangatmu dengan mata sembab bekas tangisku sebelum
kau datang.
Aku memang paling
buruk dalam urusan menyembunyikan masalahku didepanmu. Dan kau adalah orang
yang paling bisa membaca pikiranku. Meski aku sudah berusaha menyembunyikannya
darimu tapi kau tak akan pernah berhenti bertanya hingga aku menjawab
pertanyaaanmu. Setelah itu bukan hanya jawaban pertanyaan yang kau terima, tapi
malah lebih dari itu.
Kau bahkan tak
pernah merasa bosan dengan segala keluhan masalahku. Walau aku tahu kau sendiri
bahkan punya masalah yang jauh lebih besar dari padaku. Tapi kau tak pernah
menampakkannya didepanku. Kau bahkan berusaha terlihat tegar dan seolah.olah taka
da masalah.
Saat aku mengeluhkan
masalah-masalahku kepadamu, kau dengan lembutnya mengatakan “Shalatlah sayang,
ungkapkan segalanya. Buatlah hatimu lebih tenang dan damai. Dekatlah kepada-NYA
dalam shalat mu. Bukankah dia berkata … jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu”. Yah, kata-katamu sering kali hanya ku anggap angina lalu saja. Tapi
setiap kali aku dalam masalah kau mengatakan hal yang sama. Semua itu baru
teringat ketika aku ‘pergi’ dengan misiku untuk memuliakanmu dan saat itu aku
mendapat masalah. “Ternyata benar kata Ayah selama ini. Aku hanya perlu dekat
dan lebih dekat dengan-NYA. Karena tak ada yang aku butuhkan selain Rahmat-NYA.”
Ayah, terimakasih
untuk kasih sayangmu yang tak pernah usai. Ibu, terimakasih atas cinta yang
takpernah berkurang. Do’akan anak-anakmu hingga jadi mata air jerni yang
senantiasa mengalir dan memberi kehidupan kepada setiap yang dilaluinya.
-Miftah Amatullah
Sulaiman || 10 Agustus 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar