Langit
dini hari selalu memikatnya bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Ia tak pernah
luput dari shalat malamnya. Disetiap sepertiga malam
terhirnya yang ia habiskan setiap malam tak pernah sekalipun ia tak meneteskan
air mata. Air mata yang senantiasa merindukan Rahmat Sang Kekasihnya. Air mata
hangat yang senantiasa membasahi sajadah dimana
ia bersujud.
Yah,
itulah dia sang gadis dengan mata sembab karena begitu merindukan Kekasihnya.
Mata yang senantiasa meneduhkan hati siapapun yang memandangnya. Mata yang selalu sembab di akhir
sepertiga malamnya. Walaupun dengan mata sembabnya namun akan selalu meneduhkan
hati siapapun yang memandangnya. Ia tak pernah luput untuk berkhalwat dengan
Tuhannya.
Setiap
malam itu pula ia senantiasa membuka jendela sambil memandang sejenak ke
langit. Menyaksikan langit dini hari dari balik jendela kamarnya yang terletak
dilantai dua rumah bergaya minimalis. Memandangi bulan purnama dengan sinarnya
yang keemasan atau
hanya sekedar memandangi gugusan bintang-bintang jika tak tertutup awan. Inilah salah satu yang menjadikannya selalu terpukau dengan ciptaan-NYA.
Sejenak
setelah ia melanjutkan membaca ayat-ayat
suci-NYA, ia akan memandangi langit dengan pesonanya saat dini
hari. Saat matanya memandangi langit dini
hari ia tak pernah lupa sambil mengucapkan kalimat-kalimat tasbih. Sesekali ia
memejamkan mata yang menandakan betapa ia sangat bersyukur dan takjub dengan
segala ciptaan-nya. Bahkan tak jarang ia meneteskan air mata kerinduannya.
Pemandangan langit saat dini hari semakin memikatnya disetiap
malam-malamnya. Bahkan kadang ia baru beranjak dari tempatnya ketika adzan
subuh menjelang. Pemandangan langit dengan gugusan bintang-bintang dengan sinar
rembulan sedikit-sedikit berganti dengan cahaya orange menjadi kekuningan saat
fajar tiba akan terus membuatnya kagum dan takjub dengan segala ciptaan-Nya.
Miftah Amatullah Sulaiman
14 Desember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar